internet di masa depan
KOMPAS.com - Dalam buku berjudul The
Extreme Future: the Top Trends that Will Reshape the World in the Next 5, 10,
and 20 Years,
yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1997, seorang futurist bernama James Canton memaparkan beberapa tren
yang akan mengubah wajah dunia masa depan, James Canton adalah seorang
entrepreneur, sekaligus CEO dan Chairman Institute for Global Future, sebuah
lembaga think
tank yang bermarkas di San Fransisco, AS. Di buku tersebut, selain meramalkan soal
transformasi ekonomi secara global dan krisis energi yang akan memuncak, Canton
juga menggambarkan peran penting ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
merevolusi dunia. Dia juga mengangkat istilah “innovation economy” atau ekonomi
yang berbasis inovasi. Innovation economy berbicara tentang bagaimana manusia
harus mampu berpikir ke depan, menciptakan ide, lalu memanfaatkan teknologi
untuk mewujudkan ide tersebut menjadi inovasi yang bisa dikembangkan secara
ekonomi dan global. Contohnya seperti penemuan bola lampu oleh Thomas Alva
Edison. Canton juga meramalkan soal
inovasi-inovasi berbasis sains dan teknologi. Beberapa contohnya sudah bisa
kita lihat saat ini, seperti komputer yang ukurannya semakin mungil,
robot-robot yang bisa menggantikan fungsi manusia dan mendampingi manusia dalam
bekerja, serta beragam teknologi “ajaib” di dunia medis. Menurutnya, kloning
organ tubuh tidak akan menjadi hal yang aneh di masa depan. Selain ramalan positif tentang inovasi teknologi, Canton
juga memaparkan ramalan yang mengerikan tentang masa depan, termasuk
kejahatan-kejahatan yang memanfaatkan teknologi. Contohnya, bioterorisme dan
terorisme cyber. Nah, rupanya bukan Canton saja yang ingin membuat
prediksi tentang dunia masa depan. Dua pejabat Google, Eric Schmidt dan Jared
Cohen, pun melakukan riset untuk memprediksi masa depan dunia.
“The New Digital Age”
“The New Digital Age”
Bulan
Januari 2013, media banyak memberitakan soal kunjungan Chairman Google, Eric
Schmidt, ke Korea Utara. Dalam perjalanan itu, Schmidt ditemani oleh Jared
Cohen, salah seorang direktur di Google. Kunjungan itu menuai banyak pertanyaan
dari publik, serta kritik dari Pemerintah AS. Terlebih lagi, sebulan
sebelumnya, yakni pada Desember 2012, baru terjadi insiden peluncuran roket
yang dilakukan oleh pemerintah Korea Utara. Kunjungan Schmidt dan Cohen ke negara yang
menjadi saudara sekaligus musuh dari Korea Selatan itu terbilang menarik,
terutama karena selama ini Korea Utara dikenal sebagai salah satu negara yang
sangat membatasi penggunaan internet. Apakah kunjungan itu merupakan bagian dari
misi Google untuk membawa internet ke dunia? Ternyata, kunjungan tersebut merupakan salah
satu dari sekian banyak kunjungan yang dilakukan oleh Schmidt dan Cohen untuk
melakukan riset demi menyusun buku mereka yang berjudul “The
New Digital Age: Reshaping the Future of People, Nations and Business”. Inti dari buku yang diterbitkan pada 23 April 2013
lalu itu, adalah tentang bagaimana teknologi dan internet bisa mengubah dunia.
Untuk menyusun buku itu, selain mengunjungi
Pyongyang, ibukota Korea Utara, Schmidt dan Cohen juga mengunjungi
negara-negara lain di kawasan Timur Tengah, Afrika, Eropa, dan Asia. Dalam
kunjungan-kunjungan itu, mereka bertemu dengan para pemimpin negara,
entrepreneur, serta para aktivis untuk melihat dan mendengar langsung tentang tantangan-tantangan
teknologi yang dihadapi di setiap negara. Eric
Schmidt dan Jared Cohen adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan dan
segudang pengalaman di dunia internet dan teknologi. Schmidt dikenal sebagai
salah seorang pemimpin hebat di Silicon Valley. Mantan CEO Google ini memiliki
andil besar dalam membesarkan perusahaan yang didirikan oleh Sergey Brin dan
Larry Page, hingga mendunia seperti saat ini. Sementara
Jared Cohen adalah direktur Google Ideas, unit think tank di Google yang
meneliti dampak-dampak teknologi. Cohen yang merupakan mantan penasihat dua
orang Menteri Luar Negeri AS, yakni Condoleezza Rice dan Hillary Clinton,
mempunyai peran penting dalam membantu pemerintah AS membentuk cara berpikir
mereka mengenai teknologi. Dalam buku tersebut, kedua “global thinker” itu
berkolaborasi memaparkan visi-visi mereka tentang masa depan. Dalam satu
kalimat, dunia masa depan menurut mereka adalah
sebuah dunia di mana orang-orang saling terhubung—dunia yang penuh dengan tantangan dan membuka banyak
kesempatan bagi setiap orang, Schmidt dan Cohen menggabungkan pengetahuan dan
pengalaman mereka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pelik tentang masa
depan. Contohnya, kekuatan siapakah yang lebih besar di masa
mendatang—sebuah negara atau warganya? Akankah teknologi mempermudah atau
mempersulit teroris dalam melakukan aksinya? Ketika orang-orang telah terhubung
melalui internet, perubahan apakah yang akan terjadi dalam perang, diplomasi,
dan revolusi di masa depan? Lalu, bagaimana teknologi dapat membantu membangun
masyarakat?
Komentar
Posting Komentar